Sabtu, 17 Mei 2014

CARA MEMBUAT HALAMAN BERBEDA DALAM SATU FILE DI MS WORD 2007/2010

Dalam membuat sebuah buku, skripsi, proposal atau apalah namanya yang berupa naskah dengan banyak halaman, biasanya disertai dengan halaman daftar isi yang memuat topic atau bahasan yang ada dalam buku atau skripsi tersebut dan dicantumkan juga nomor halaman atau page number.Dalam aturan pemberian nomor halaman terdapat dua format nomor halaman, yaitu format nomor halaman dengan angka romawi kecil, dan penomoran halaman dengan menggunakan angka standart. Penomoran halaman dengan angka romawi kecil yaitu I, ii, iii, dst biasanya diberikan mulai halaman judul, abstrak, halaman pengesahan, halaman motto, sampai dengan halaman daftar isi atau kata pengantar. Sedangkan normor halaman yang menggunakan angka standart 1, 2, 3, dst diberikan pada halaman Bab I Pendahuluan dan seterusnya. Dan biasanya aturan letak memberikan nomor halaman juga berbeda. Halaman judul sampai dengan kata pengantar yang menggunakan angka romawi kecil biasanya terletak di bagian footer dan center (berada di tengah-tengah). Sedangkan halaman BAB I Pendahuluan dan seterusnya menggunakan angka standart dan nomor halamannya terletak pada footer sebelah kanan (right) kecuali pada setiap halaman BAB berada pada header ( atas) sebelah kanan.
Untuk mengatur seperti tersebut diatas, biasanya penulis atau yang ngetik naskah membagi menjadi dua atau tiga file yang terdiri dari file yang berisi halaman judul dan satunya lagi file dengan halaman dengan nomor angka standart (BAB I, dst). Namun hal tersebut dapat kita jadikan menjadi satu file saja yang terdiri dari halaman dengan nomor romawi dan halaman dengan nomor angka standart. Untuk itu anda harus membuat section break. Dan berikut ini caranya :
    1. Ketik semua naskah buku, skripsi, proposal, laporan dan sebagainya.
    2. Untuk membuat nomor halaman romawi pada halaman judul sampai kata pengantar, klik insert, pada group menu Header&Footer klik Page Number kemudian pilih Bottom of page dan pilih Plain number 2
    1. Maka halaman 1 akan terlihat pada halaman judul. Untuk merubah angka standart menjadi angka romawi, klik pada page number dan pilih Format page numbers.
    1. Pada number format pilih i,ii,iii,…. Dan klik OK, maka nomor halaman akan berubah dari angka 1 menjadi i (angka romawi 1)
    1. Sampai disini semua halaman menggunakan angka romawi kecil.
    2. Untuk membuat halaman BAB I Pendahuluan dan seterusnya menjadi angka standart dimulai dari angka 1 tanpa merubah format nomor halaman sebelumnya, maka halaman BAB I harus dibuat section break. Caranya adalah letakkan kursor pada halaman BAB I atau halaman yang nomor halamannya akan dirubah. Kemudian klik Ribbon Page Layout, dan klik Breaks pada group menu Page setup. Kemudian klik atau pilih Next page. Sampai disini new section break telah terbentuk.
    1. Klik ganda pada Footer / nomor halaman BAB I, pada ribbon design, group menu navigation, nonaktifkan tombol Link to previous. Klik tombol tersebut sehingga tidak berwarna kuning lagi.
    1. Hapus nomor halaman tersebut, kemudian pada ribbon design, group menu Header&Footer klik page number. Dan pilih format page numbers.
    1. Pada number format ubah i,ii,iii,…. Menjadi 1,2,3,… kemudian pada pilihan start at pilih 1 dan klik OK.
  1. Sampai disini sudah berubah, yaitu halaman judul sampai dengan kata pengantar menggunakan format nomor halaman menggunakan angka romawi kecil sedangkan pada halaman BAB I Pendahuluan menggunakan nomor halaman angka standart.
  2. Untuk pengaturan letak halaman pada prinsipnya menggunakan cara yang sama yaitu menghilangkan fungsi link to previous dan start at pilih secara manual halaman yang anda butuhkan.
Setelah pengaturan diatas, maka dalam satu file nomor halaman berbeda-beda formatnya, ada nomor halaman dengan format angka romawi i,ii,iii,… dan ada juga nomor halaman yang menggunakan angka standart / Arabic 1,2,3,…Selamat mencoba, semoga berhasil.

Rabu, 07 Mei 2014

Maduraku :))

TUJUAN jelajah kali ini adalah Pulau Mamburit. Pulau ini sebenarnya masih menjadi bagian dari Desa Kalisangka, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean. Hanya saja, Mamburit terpisah oleh laut dari desa induknya. Sehingga menjadi dusun atau pulau tersendiri. Yakni, Dusun/Pulau Mamburit. Menuju Mamburit lebih dekat jika ditempuh melalui Pelabuhan Batu Guluk, Desa Bilis-Bilis, Kecamatan Arjasa.

Pelabuhan Batu Guluk merupakan pelabuhan paling besar dan paling ramai di Kangean. Informasinya, dari Batu Guluk ke Mamburit butuh waktu tak lebih dari 10 menit. Tapi saya memilih menghampiri Pulau Mamburit melalui Pelabuhan Desa Kalisangka. Itu karena penduduk Mamburit sendiri lebih sering berlalu-lalang di pelabuhan ini. Tiap hari ada perahu angkutan umum (warga menyebut taksian) yang melayani penyeberangan Mamburit-Kalisangka.
Saya carter perahu milik nelayan Mamburit. Kebetulan, perahu tersebut baru saja selesai mengantarkan ikan hasil tangkapannya untuk dijual ke pasar ikan. Di dekat Dermaga Pelabuhan Kalisangka terdapat pasar yang beroperasi dari pagi hingga jelang siang. Di situ, ikan nelayan dijual. Hermansyah, pemilik perahu yang saya carter, menyalakan mesin perahu tepat pukul 06.45. Perahu bergerak meninggalkan Pelabuhan Kalisangka dan langsung diarahkan menuju Pulau Mamburit.
Pukul 06.55 perahu telah berada di perairan pantai Mamburit. ”Lima menit lagi sudah sampai,” ujar Hermansyah. Saya minta agar perahu jangan langsung berlabuh, tapi terus berlayar mengelilingi Pulau Mamburit. Setuju, perahu bergerak dari sisi utara Pulau Mamburit lalu ke arah barat, selatan, kemudian ke timur. Lalu ke utara dan ke barat lagi, dan sampai di tempat semula saat jarum jam menunjuk angka 07.33. Mengitari Mamburit menggunakan perahu hanya butuh waktu sekitar 48 menit.
Sekali lagi, perahu saya minta tidak berlabuh terlebih dahulu. Kali ini, saya ingin tahu dan melihat dengan kepala mata sendiri Taman Laut Mamburit. Taman laut ini disebutsebut memiliki terumbu karang tak kalah indah dengan Taman Laut Bunaken. Kata Hermansyah, lokasi taman laut berada di sisi utara Mamburit, tepatnya kira-kira 500 hingga 1 kilometer dari bibir pantai. Perahu menuju lokasi dimaksud. Walau tidak begitu jelas, air yang tenang dan jernih memungkinkan dasar laut dilihat dari permukaan air.
Namun sayang, hanya sedikit terumbu karang indah yang saya lihat. Yang banyak justru bongkahan batu karang mati berwarna kecokelatan. Beberapa batu karang memancarkan warna kuning dan biru. Di atasnya melambai sesuatu berwarna putih bening. Terumbu karang yang masih hidup itu terlihat kesepian lantaran terumbu karang lain di dekatnya telah menjadi bongkahan batu. Kesaksian Hermansyah, dulu Taman Laut Mamburit memang dipenuhi terumbu karang warnawarni nan indah.
Tidak hanya itu, terumbu karang menjadi tempat bermain ikan-ikan cantik. Tapi sekarang, terumbu karang di sebelah utara Pulau Mamburit terancam punah. Semua itu tidak terlepas dari tiadanya upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan bawah laut tersebut. Nelayan bebas menangkap ikan menggunakan bom dan potasium di sekitar taman laut. Nelayan juga biasa mengambil terumbu karang yang indah-indah untuk dijual.
Akibatnya, dalam waktu yang tak terlalu lama, Taman Laut Mamburit telah rusak. ”Di Mamburit sebenarnya ada penangkar terumbu karang. Tapi untuk dijual bukan untuk ditanam di laut,” ujar Hermansayah. Puas melihat taman laut, perahu kembali diarahkan menuju Pulau Mamburit. Perahu langsung menepi di bibir pantai yang berpasir putih halus. Pulau ini belum memiliki dermaga atau pelabuhan. Di sisi utara pantai Mamburit terdapat tiang pancang untuk pembangunan pelabuhan.
Namun, entah kenapa, proses pembangunan pelabuhan itu berhenti. Informasinya, pelabuhan ini merupakan proyek Kementerian Perhubungan. Turun dari perahu, saya bergegas menuju rumah Kepala Dusun (Kadus) Mamburit dengan jalan kaki. Jalan utama di Mamburit hanya sebagian kecil yang dipaving. Namun demikian, jalanan dalam kondisi mulus lantaran tersusun atas pasir padat. ”Meski hujan, jalan di sini (Mamburit) tidak becek Mas,” imbuh Hermansyah yang turut menemani.
Sepanjang perjalanan, beberapa kali dijumpai ibu-ibu duduk santai di bawah pohon rindang sambil memasak sesuatu. Saya sempatkan mampir sejenak sembari bertanya sedang memasak apa? ”Merebus sukun,” jawab salah seorang ibu ramah, lalu tertawa. Tanah Mamburit banyak ditumbuhi pohon sukun. Saya jumpai pohon sukun tumbuh rindang di dekat permukiman warga. Belakangan saya ketahui, Mamburit memang terkenal sebagai pulau penghasil sukun.
Selain itu, kanan kiri jalan yang saya lewati berjejer menjulang pohon kelapa. Beberapa menit kemudian, akhirnya sampai di rumah Kadus yang berada di tengah Pulau Mamburit. Kadus Mamburit Hasan S . menceritakan bahwa warganya bekerja sebagai nelayan. ”Ada nelayan yang menangkap ikan serta ada pula yang mencari teripang dan kerang. Ada pula warga sini (Mamburit) yang memelihara ikan kerapu,” katanya. Pantas saja, sewaktu mengelilingi pulau, terdapat rumah-rumah kecil mengapung di perairan.
Rupanya, rumah-rumah mungil yang terapung itu merupakan kerambah milik warga yang dijadikan sebagai tempat memelihara ikan kerapu. Nelayan Mamburit, lanjut Hasan, juga lihai mencari kerang di dasar laut. Hasan lantas menunjukkan beberapa jenis kerang hasil tangkapan nelayan setempat. Di antaranya, kerang timah dan kerang kepala kambing.
Rikazil Fitrahillah, teman dari Disbudparpora Sumenep membeli satu kerang kepala kambing seharga Rp 5 ribu. Di ujung timur laut Pulau Mamburit berdiri tiang mercusuar menjulang. Lampu penanda lalu lintas laut itu sering kali jadi tempat rekreasi warga setempat. Hanya saja, untuk bisa naik ke tiang mercusuar, harus lebih dulu izin ke penjaganya. (radar)

Kamis, 23 Mei 2013

Bagaimana Cara Membuat Hujan Buatan?
Apakah kamu pernah mendengar istilah hujan buatan? Seperti apa sih sebenarnya hujan buatan itu? Apakah hujan buatan itu adalah hujan yang sengaja dibuat oleh manusia? Dan bagaimanakah proses terjadinya hujan buatan? Yuk, kita cari tahu…

Sebenarnya istilah hujan buatan bukan berarti pekerjaan membuat atau menciptakan hujan. Namun hujan buatan merupakan sebuah teknologi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan. Agar bisa terbentuk hujan buatan maka diperlukan ketersediaan awan yang mempunyai kandungan air yang cukup, memiliki kecepatan angin yang rendah, serta syarat-syarat lainnya.


Pesawat sedang melakukan penyemaian awan untuk merangsang terjadinya hujan

 
Hujan buatan dibuat dengan cara menyemai awan dengan menggunakan bahan yang bersifat higroskopik (menyerap air) sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan di dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan. Awan yang digunakan untuk membuat hujan buatan adalah jenis awan Cumulus (Cu) yang bentuknya seperti bunga kol. Setelah lokasi awan diketahui, pesawat terbang yang membawa bubuk khusus untuk menurunkan hujan diterbangkan menuju awan.

Bubuk khusus tersebut terdiri dari glasiogenik berupa Perak Iodida. Zat itu berfungsi untuk membentuk es. Pesawat juga membawa bubuk untuk “menggabungkan” butir-butir air di awan yang bersifat higroskopis seperti garam dapur atau Natrium Chlorida (NaCl), atau CaCl2 dan Urea.

Untuk bisa membentuk hujan deras, biasanya dibutuhkan bubuk khusus sebanyak 3 ton yang disemai ke awan Cumulus selama 30 hari. Oh iya, proses membuat hujan buatan ini belum tentu berhasil loh. Bisa saja gagal atau malah hujan buatannya jatuh di tempat yang salah padahal sudah memakan biaya yang besar dalam pembuatannya. Oleh karena itu, penyebaran bibit hujan harus memperhatikan arah angin, kelembaban dan tekanan udara.

Hujan buatan biasanya dibuat untuk membantu daerah yang sedang mengalami kekeringan, atau bisa juga dibuat untuk untuk pengisian waduk, danau, untuk keperluan air bersih, irigasi, pembangkit listrik (PLTA), juga antisipasi kebakaran hutan atau lahan dan kabut asap. Oh iya, karena hujan buatan ini adalah modifikasi cuaca, maka hujan buatan bisa terjadi kapan saja tanpa harus menunggu langit mendung. Dan juga tak perlu khawatir, karena air hujan buatan tidak jauh berbeda dengan hujan asli loh.

Sumber gambar: http://idkf.bogor.net, b0cah.org
Dari berbagai sumber